Plastik merupakan salah satu bahan yang degradasinya membutuhkan waktu yang sangat lama dan bahkan hingga ratusan tahun. Dapat kita bayangkan jika suatu saat bumi kita ini akan terkubur oleh tumpukan plastik atau efek minimalnya yaitu kualitas tanah akan menjadi menurun sehingga menyebabkan kelangkaan bagi manusia dalam bercocok tanam.
Sekarang ini kita juga sering mendengar slogan 3R melalui forum-forum ilmiah atau aktivis lingkungan yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Namun, apakah hal tersebut sudah efektif mengurangi resiko yang ditimbulkan terhadap penggunaan kemasan plastik? Padahal kita ketahui bersama bahwa dalam kehidupan kita sehari-hari sudah sangat tergantung akan penggunaan plastik. Karena itulah saat ini ada penambahan satu huruf R lagi dalam slogan yaitu Rethink.
Sejak saat itu munculah sebuah gagasan untuk mengembangkan plastik ramah lingkungan untuk menggantikan plastik berbahan dasar minyak bumi (plastik konvensional). Berikut kami rangkum dari berbagai sumber, beberapa penemuan plastik ramah lingkungan yang diciptakan anak-anak negeri dari berbagai bahan yang dapat dengan mudah kita jumpai sehari-hari.
1. Plastik dari bahan Kulit Udang
![]() |
foto via www.antaranews.com |
Plastik ini adalah karya dari Yuke Fadhillah Kirana, siswi kelas XII SMA Kharisma Bangsa. Plastik degradable, demikian Yuke memberi nama, dibuat dari tiga bahan utama, yaitu Polyvinylalkohol (PVA), Kitosan yang berasal dari limbah kulit udang dan pati onggok.
Caranya, siswi pencintan sains ini mengekstraksi pati onggok dan kitosan, kemudian hasilnya dicampur dan diaduk menggunakan stirer sampai membentuk bahan cair. Setelah itu, ditambahkan sebuah bahan kimia agar cairannya menjadi elastis, kemudian dituangkan ke sebuah media cetak. Lalu dikeringkan dengan cara dioven selama dua hari atau lebih, tergantung ukuran plastiknya.
Plastik tersebut telah diuji ketahanannya di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), di mana hasilnya menunjukkan bahwa plastik tersebut mampu membawa delapan air mineral dalam kemasan sekaligus.
Plastik yang sama sekali tudak berbau udang tersebut juga bisa digunakan untuk membawa makanan seperti kue-kue atau makanan dalam kemasan. Yuke berharap, penemuannya tersebut dapat dimanfaatkan oleh khalayak banyak melalui perusahaan yang ingin mengadopsi teknologi yang ditemukannya.
2. Plastik dari bahan Ubi Kayu
![]() |
foto via sman1pekanbaru.sch.id |
Inovasi kreatif ini diperkenalkan pertama kali dalam kegiatan Olimpiade Kimia X, di Universitas Riau beberapa waktu lalu oleh siswa SMAN 1 Pekanbaru. Salah satu tim pembuat pastik biodegradable, Elsa Lestari menyebutkan, bersama dengan kedua temannya dia memanfaatkan ubi singkong sebagai bahan utama.
Sementara itu Dela Oktadiani menjelaskan proses pembuatan Polylactic acid. Sebelum dijadikan plastik, terlebih dahulu ubi tersebut dikupas, kemudian bersihkan dan jemur. Sedangkan rangkaian proses utama pembuatannya yakni Ekstraksi pati, Hidrolisis pati menjadi glukosa. Hidrolisis adalah pemecahan kimiawi suatu molekul karena pengikatan air sehingga menghasilkan molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrolisis ini dapat dilakukan dengan enzim maupun asam.
Selanjutnya, proses Fermentasi asam laktat. Yang mana, glukosa yang dihasilkan pada tahap hidrolisis digunakan sebagai bahan fermentasi asam laktat yang dilakukan oleh bakteri (bakteri yang dapat menghasilkan asam laktat melalui fermentasi terdiri atas empat genus, yaitu Lactobacillus, Leuconostoc, Pediococcus, dan Sterptococcus).
Kemudian, proses esterifikasi dan pembentukan polimer, asam laktat yang terbentuk melalui fermentasi kemudian di esterifikasi. Kinetika reaksi dari pembuatan PLA dapat ditingkatkan dengan penggunaan zink oksida. Prosesnya dilakukan dengan suhu tinggi 135 derajat celsius, selama 6 jam. Dilanjutkan dengan pembukaan cincin lactide dan polymerisasi, jelasnya.
Terakhir, proses pencetakan dan pembentukan. Pembentukan dilakukan sebagaimana halnya proses pencetakan plastik sintetik. Pasalnya, bio-plastik PLA yang juga sama dengan sifat-sifat mekanis , dibandingkan plastik sintetik, terutama dengan polystyren.
3. Plastik dari sisa Biji Durian
![]() |
foto via regional.kompas.com |
Berawal dari keprihatinan penggunaan kantong plastik yang semakin meningkat dari waktu ke waktu, lima mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) menciptakan Bioplastik. Bahannya pun cukup unik yakni biji buah durian.
Dipilihnya biji durian karena memiliki kandungan pati (tepung halus) yang cukup tinggi. Kadarnya hampir 50 persen dari beratnya. Lebih tinggi dari singkong yang sekitar 20 persen. Kalau biji durian hampir 50 persena.
Pati tersebut, berfungsi sebagai pengisi (filler) pada campuran agar kerapatan bioplastik menjadi tinggi. Sehingga meningkatkan kekuatan daya tarik plastik. Proses pembuatan bioplastik adalah dengan merendam biji durian dalam air kapur selama 2-3 hari untuk menghilangkan getah. Setelah direndam biji tersebut lalu dijemur selama 1 hari.
Biji durian lalu diambil patinya yang berwarna putih kecoklatan. Lalu diolah menjadi tepung, disaring dan dioven selama 30 menit. Tepung yang sudah jadi dicampur dengan sejumlah bahan kimia antara lain low density polyethylene (LDPE), kemudian maleic anhydride (MA), lalu inisiator (Perbutyl D dan Perbutyl Z).
Setelah dicampur lalu di cetak dengan alat laboplastomill dan hot press di Lipi Bandung. Dari 50 gram dapat menghasilkan lembaran bioplastik sebanyak 3-4 lembar ukuran 13X13 cm. Selain kekuatanya sama dengan kantong plastik seperti umumnya, bioplastik biji durian ini juga dapat terurai. Kelebihan lainya, bioplastik biji durian ini tahan terhadap suhu panas.
No comments:
Write comments