Kita hidup dalam waktu ketika seluruh dunia masih ada yang memperdebatkan apakah seorang imigran pantas untuk jadi pemimpin negara atau tidak. Beberapa negar Eropa misalnya, menolak para imigran dari Suriah.
Berbeda dengan Menteri Pendidikan dan Penelitian Prancis, Najat Belkacem. Dia seolah ingin membuktikan sekaligus menginspirasi semua orang yang percaya bahwa seorang imigran bisa berhasil, meski pernah punya masa lalu yang buruk.
Najat Belkacem lahir di pedesaan Maroko, Bani Chiker, Provinsi Nador, Maroko pada 4 Oktober 1977. Najat tumbuh dalam keluarga petani terpencil dengan dinding tanah merah dan beratapkan jerami. Anak kedua dari tujuh bersaudara ini menghabiskan masa kecilnya dengan menggembala ternak kambing milik sang kakek. Dia juga berkelana dari satu bukit tandus ke bukit lainnya mencari air bersama sang kakak Fatiha. Sementara Ayahnya memilih untuk mencari kehidupan yang lebih layak di Prancis.
Pada tahun 1982, ketika usianya baru 5 tahun, sang Ayah meminta Najat pindah ke Prancis bersama ibunya untuk tinggal bersama ayahnya yang bekera sebagai pekerja bangunan. Atas permintaan ayahnya, mereka pindah dan tinggal di kota Abbevile, Provinsi Amiens, 2 jam perjalanan dari Paris.
Di kota itu, Najat tumbuh jadi gadis pemalu tapi rajin belajar. Setiap hari saat gadis seusianya sering bermain bersama teman-temannya, ia memilih untuk belajar dan belajar. Apalagi sang ayah sangat konservatif, tidak membolehkannya banyak bermain bahkan berpacaran. Namun hal itu yang membawanya lulus dari Institut d'études politiques de Paris (Paris Institut Studi-Studi Politik) pada tahun 2002.
Di tahun yang sama, Najat langsung terjun ke dunia politik dan karier politiknya kian menanjak setiap tahunnya. Berikut rangkuman karier politik Najat Belkacem hingga menjadi Menteri Pendidikan dan Penelitian Prancis, seperti dilansir brilio.net dari Storypick, Senin (2/4):
1. Di tahun yang sama setelah lulus kuliah, Najat langsung bergabung dengan Partai Sosialis (dan tim Gérard Collomb, Walikota Lyon saat itu) dan mulai memperjuangkan hak-hak warga sipil, memberikan akses pekerjaan dan perumahan, dan melawan diskriminasi.
2. Terpilih dalam anggota dewan kota di Rhone Alpes pada 2004 dan mampu bertahan sampai tahun 2008.
Selanjutnya baca disini
No comments:
Write comments